Kamis, 13 Oktober 2011

Renungan: Pilih Aku atau Hobimu


 

"Ngegame melulu, kapan kamu ada waktu buat aku dan anak-anak!" protes Rini kepada Ardo, suaminya, yang seakan larut dalam dunianya sendiri jika sudah berada di depan layar komputer. Hobi Ardo bermain game dan surfing ke dunia maya nyata-nyata semakin menggila hingga istrinya, Rini, melemparkan protes keras. "Pilih aku atau komputermu itu!," teriak Rini mengancam Ardo.
Wajar, menilik setiap orang pasti memiliki hobi atau kesenangan yang lekat dengan pribadinya. Melalui hobi seharusnya bisa membuat Anda lebih mudah mengenal pasangan secara mendalam. Namun, jika kasusnya seperti Ardo dan Rini, hobi ternyata bisa pula memicu timbulnya konflik internal di dalam rumah tangga.
Bijaknya, menekuni hobi seharusnya bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Saat masih lajang, menggilai hobi hingga rela mengeluarkan banyak uang juga waktu yang tersita demi hobi, hal itu mungkin tak jadi masalah. Namun, semuanya tentu akan berbeda ketika Anda sudah berumah tangga dimana segala putusan, termasuk menyangkut pengeluaran untuk hobi tak bisa serta merta diambil.
Bagaimanapun juga, pasangan perlu dilibatkan juga dalam pengambilan keputusan tersebut. Oleh karena itu, tak ada salahnya jika hobi tersebut juga ditinjau kembali, apakah menghabiskan banyak biaya dan seberapa pentingnya hobi itu hingga harus terus ditekuni.



Waktu dan Uang
Hal terpenting yang harus dipertimbangkan untuk melanjutkan menekuni hobi setelah menikah adalah masalah waktu dan uang. Jika keuangan rumah tangga Anda tergolong berkecukupan atau mungkin berlebihan, tentu tak akan jadi masalah bila Anda dan pasangan sama-sama ingin memuaskan hobi dan kesenangan masing-masing.
Lain halnya bila perekonomian rumah tangga Anda sedang-sedang saja atau pas-pasan. Ada banyak hal yang harus diprioritaskan, mengingat kebutuhan rumah tangga menjadi hal yang mendesak untuk segera dipenuhi, sementara keinginan (menekuni hobi, misalnya) masih bisa ditunda.
Namun, yang perlu diingat juga mengenai masalah waktu. Jangan sampai setiap ada waktu luang, selalu dihabiskan untuk menekuni hobi hingga menyita waktu dan perhatian Anda untuk keluarga dan anak-anak. Hal inilah yang lalu memancing protes keras dari anggota keluarga bahkan bisa memicu timbulnya konflik rumah tangga, seperti yang dialami Ardo dan Rini.
Bersikap adil sangat dibutuhkan jika Anda memang benar-benar ingin menekuni hobi meski Anda sudah menikah. Jangan sampai komunikasi diantara anggota keluaga menjadi terhambat karena waktu untuk saling bertemu dan mengobrol dengan pasangan serta anak menjadi berkurang.
Melibatkan pasangan
Konsultan psikiater Dr Swapnil Deshmukh pernah mengatakan, “Dalam hubungan jangka panjang, pasangan memang perlu untuk menyesuaikan diri dengan apa yang disukai oleh pasangan mereka dan juga hal yang tidak disukainya. Hal terpenting, cobalah untuk menjajal aktivitas yang disukai pasangan dan nikmatilah. Sebagai contoh, jika suami menyukai bola, maka istri pun akan berusaha menyukai hal yang sama agar dapat terkoneksi secara pribadi meski ada perbedaan.”
Agar "connection" itu tercipta, kenapa tidak mencoba melibatkan pasangan dalam menekuni hobi. Ikut menjajal hobi yang digemari pasangan, pun ditengarai bisa meredam konflik bahkan membantu menciptakan suasana harmonis di tengah rumah tangga Anda. Siapa tahu saja pasangan tertular suka dan ikut menggemari hobi yang Anda tekuni.
Misalnya, pasangan Anda gemar memasak, sementara Anda ogah-ogahan memasak. Cobalah ikut ke dapur, memasaklah bersamanya dan berikan pujian untuk hasil masakannya yang lezat. Siapa tahu pula, bakat terpendam pasangan bisa dimanfaatkan, dari sekedar hobi, berbuah menjadi satu cita-cita yang terwujud, yaitu membuka restoran bersama.

Hobi berbeda
Tak harus memaksakan diri mengikuti hobi atau kesukaan pasangan hanya karena cemas akan timbul konflik, karena yang terpenting ada rasa saling menghargai dan tahu batas-batas dalam menekuni hobi tanpa mengesampingkan tugas dan tanggung jawab di dalam rumah tangga.
Hobi yang berbeda justru bisa membawa suasana rumah menjadi lebih bervariasi karena masing-masing dari Anda atau pasangan bisa saling bertukar cerita tentang hobinya tersebut.
Bijaknya, untuk meminimalisir konflik, buatlah kesepakatan bersama, misalnya, berapa lama waktu yang boleh dihabiskan oleh masing-masing pihak untuk menekuni hobi, apakah akhir pekan boleh digunakan atau tidak untuk melakukan kegiatan hobi, lalu kapan waktu untuk berdua maupun bersama anak-anak.
Melibatkan anak
Tentunya kepentingan anak juga harus menjadi prioritas. Jangan sampai karena hobi, kehadiran anak-anak dianggap mengganggu. Misalnya, Anda sangat gemar mengumpulkan vas bunga antik. Tak pelak, Anda lantas merasa cemas saat anak mulai berlarian di dalam rumah, hingga Anda begitu marah luar biasa seolah-olah vas lebih berharga ketimbang anak.
Seyogyanya, Anda pun bisa mengajarkan anak untuk mengambil contoh dan melihat manfaat dari hobi yang ditekuni kedua orang tuanya. Misalnya, melihat ketekunan ayahnya yang senang mengumpulkan barang-barang kuno, memberikan pelajaran berharga untuk si anak agar belajar merawat barang-barang berharga mulai sejak dini.
Saling terbuka
Hobi dan kesenangan tak akan jadi masalah dalam pernikahan bila Anda bersedia membicarakan hal ini dengan pasangan sebelum menikah. Apapun itu, terbukalah tentang segala hal yang menjadi hobi atau kesenangan Anda dan pasangan. Hal ini termasuk tentang bagaimana pengaturan waktu dan asal pendanaannya, apakah boleh menyisihkan dari sebagian penghasilannya untuk hobi. Juga tentang sebatas mana toleransi yang bisa dilakukan oleh masing-masing pihak terhadap hobi pasangannya. Semuanya perlu dibicarakan dari awal agar tidak timbul konflik.
Memang, segalanya akan lebih mudah jika Anda dan pasangan memiliki hobi yang sama. Semuanya jadi terasa lebih menyenangkan utnuk dibagi dan dibicarakan bersama. Namun, itu bukan harga mati, bahwa segalanya pasti akan berjalan lancar-lancar saja. Anda dan pasangan tetap harus tahu batas.
Ingatlah, bila hobi mulai mengganggu intensitas kebersamaan Anda dan pasangan, maka segeralah berhenti menekuninya. Entah soal waktu atau uang, segeralah tanggap dengan alarm yang berdering. Anda harus segera menentukan prioritas, apakah rumah tangga atau hobi? Tak sulit, kan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar