Rabu, 14 September 2011

Tempat Bunuh Diri Paling Laris di Amerika?



13154675651917912903
Kemegahan….keindahan……cantiknya jembatan ini mengundang dan menciptakan sensasi tersendiri bagi setiap mereka yang mau bunuh diri. Tempatnya Romance of the Death?
Di tahun 2004, seorang pembuat film bernama Eric Steel meluangkan waktu hampir sepanjang tahun itu untuk membuat film San Fransisco Golden Gate Bridge. Yang menarik perhatian dia dan menjadi tujuan utamanya adalah untuk “menangkap” gambar-gambar dari orang orang yang bunuh diri. Ia ingin melihat sebuah fenomena di San Fransisco ketika begitu banyaknya orang-orang yang memilih jembatan ini sebagai sara bunuh diri mereka. Jembatan yang menjembatani nyawa mereka, entah ke sorga atau neraka pilihan mereka. Lalu kenapa jembatan ini yang banyak dipilih? Steel sangat sukses dengan usahanya itu.
Menurut beberapa catatan yang berhasil dikumpulkan, jembatan tersebut setidaknya telah menjadi tempat untuk paling kurang 1300 orang yang memilih mengakhiri jiwa mereka sendiri. Menjadikan tempat ini sebagai tempat bunuh diri terlaris dalam sejarah Amerika, dan sangat mungkin dalam sejarah dunia, sejak jembatan tersebut dibuka pada tahun 1937. Biaya pembangunan jembatan itu sendiri tidak kurang dari 35 juta USD.
Ia memperkirakan bahwa rata-rata satu orang setiap dua minggu melakukan bunuh diri di jembatan ini. Tapi angka sesungguhnya mungkin malah lebih tinggi dari jumlah yang ia perkirakan, sebab banyak yang jasadnya tidak diketemukan. Sebab lain adalah sebagian besar yang bunuh diri terjadi pada malam hari, dan jasad mereka tak ditemukan.
13154677881344527781
Tempat bunuh diri yang mengasyikkan? Apalagi ketika sunset tiba….(Pic: GoldenGates off. site)
Steel membuat film documentary berjudul “The Bridge” ia juga menyertakan interview terhadap beberapa teman dan keluarga dari beberapa yang bunuh diri dan tertangkap kameranya. Film yang dibuat Steel juga banyak menggali tentang apa yang menyebabkan jembatan tersebut menjadi tempat terpopuler dan menjadi tempat faforit untuk bunuh diri.
Tapi ada sesuatu yang tidak tersentuh film ini, yaitu yang menjadi perdebatan panjang atas pertanyaan ini : Apa kira-kira -jika ada- yang seharusnya dibuat atau dibangun agar supaya orang menjadi kapok melompat dari jembatan itu? Dengan kata lain, apa yang sekiranya dapat mempersulit orang untuk lompat dari atas jembatan itu?
Kalau mau dilihat dari lokasi bagi para pejalan kaki di sepanjang jembatan itu tetap menunjukan sesuatu yang original. Tidak ada perubahan, misalnya pagar pengaman dibangun lebih tinggi lagi, sebab dengan pagar yang cuma beberapa meter tersebut membuat orang dengan mudahnya panjat dan terjun bebas kebawah. Padahal jarak dari jembatan tersebut ke dasarnya minta ampun tingginya! Mengerikan, tapi mengasyikkan bagi mereka yang kepepet untuk bunuh diri.
Dalam documentary Steel, memang terlihat betapa susahnya bagi mereka yang “bergulat” dengan keputusan mereka untuk bunuh diri. Terlihat orang-orang yang berjalan bolak-balik bermenit-menit bahkan ber jam-jam sebelum akhirnya menemukan keberanian diri untuk melompat dan mengakhiri perjuangan hidup di dunia nyata ini. Mereka berjuang keras dalam mengambil keputusan, mau mati atau tetap hidup? Tapi toh mereka lebih memilih jalan pintas mengakhiri hidup. Bunuh diri bagi mereka adalah pilihan.
Nah, menurut catatan dan hitungan Steel bahwa ternyata ada 1 dari 50 yang lompat tersebut selamat. Jadi kalau 100 yang lompat, kurang lebih ada 2 yang selamat. Steel berhasil mewawancarai satu dari beberapa yang selamat tersebut. Seorang anak muda yang sangat depresi bilang keputusannya untuk bunuh diri adalah dikarenakan stress dan depresi yang amat sangat. Ia tak mampu meng-handle-nya. Anak muda itu melanjutkan sedetik setelah ia lompat dari jembatan tersebut, secepat itu pulalah ia menyesali tindakannya bunuh diri (Tad Friend, ditahun 2003 menulis sebuah artikel di New Yorker, ia menulis kisah dari beberapa mereka yang selamat dari percobaan bunuh diri itu yang kurang lebih sama dengan sensasi perasaan yang dirasakan anak muda tersebut). Apakah penyesalan memang selalu datang di belakang…?
Mari kita simak pernyataan seorang gadis muda yang mengakhiri kehidupan fananya dengan melompat dari jembatan itu. Gadis bernama Marissa Imrie yang baru berusia 14 tahun itu, masih sangat muda, hanyalah satu diantara 1300 lebih individu yang mati karena melompat dari jembatan itu. Sebelum membunuh dirinya sendiri, gadis belia itu menulis sepucuk note dan tertulis demikian: “Everyone is better off without this fat, disgusting, boring girl.” Artinya, “Setiap orang akan lebih baik tanpa gadis gemuk, menjijikkan, dan membosankan ini.” Sebuah pernyataan orang yang stress dan frustasi.
Ada beberapa penelitian tentang percobaan bunuh diri yang menyatakan bahwa ” suicide attempts are often impulsive acts, and people who can be, as it were, talked down from the ledge rarely go on to kill themselves later ” Ada juga sebuah studi yang dilakukan pada tahun 1978 terhadap mereka yang berhasil menggagalkan niat mereka untuk bunuh diri dari atas jembatan, dan hasilnya? Bahwa beberapa tahun kemudian hampir semua mereka tetap hidup atau meninggal karena penyebab yang wajar, misalnya sakit dan atau karena usia lanjut. Rupa-rupanya mereka yang gagal bunuh diri (baca: selamat dari upaya bunuh diri) akhirnya kapok. Bahwa menjelang mati bunuh diri ternyata sangat tidak enak. “Sensasi Neraka” begitu terasa dan melahirkan penyesalan amat sangat. Oleh sebab itu, akhirnya mereka berupaya hidup wajar dan hidup lebih baik lagi.
Apa yang menyebabkan The Golden Gate Bridge menjadi tempat bunuh diri yang sangat berbahaya adalah justru dikarenakan secara nyata tempat tersebut sama sekali tidak mengundang rasa takut bagi mereka yang akan bunuh diri. Jembatan tersebut juga menyediakan “sesuatu” yang menurut seorang penulis buku dikatakan sebagai “fatal grandeur” yang menarik minat bagi mereka yang akan bunuh diri secara emosional, mereka yang ingin bunuh diri secara “nyaman”. Sehingga banyak pula yang mengistilahkannya sebagai “beautiful death” atau bahkan “romantic death“. Keindahan dan kemegahan jembatan tersebut menjadikannya sebagai “penghantar kematian” yang nyaman dan elok.
Tapi rupa-rupanya isu-isu bunuh diri dari jembatan tersebut akhirnya mampu menarik perhatian beberapa departement. Isu ini bahkan telah masuk dalam list new urgency, di mana beberapa waktu yang lalu aparat setempat telah menyiapkan beberapa rencana kedepan untuk menjadikan jembatan tersebut less suicide-friendly. Jadi tingkat “kenyamanan” dan “sangat bersahabat” dari jembatan ini akan dibabat habis. Kalau perlu mungkin akan dijadikan tempat yang angker untuk bunuh diri.
Saat dibangun pertama kali jembatan itu memang memiliki design yang memungkinkan ratusan orang bunuh diri, padahal hal itu seharusnya tak terjadi bila ada perasaan takut dan ngeri bagi mereka yang sekiranya coba-coba bunuh diri ditempat itu. Nuansa angker dan mengerikan tentu akan menjadi daya tolak mereka yang berkeinginan bunuh diri. Kalau jembatan yang indah nan cantik, tentu memiliki daya tarik.
1315467985784694053
Seorang anak muda lagi dibujuk oleh petugas patroli jalan raya atau California Highway Patrol supaya tidak melompat dari atas jembatan, dalam usaha percobaan bunuh dirinya. Terekam kamera dan dimuat di Suicide.org.
Salah satu yang terlihat aneh setelah jembatan tersebut selesai dibangun, kenapa pagar penghalangnya hanya segitu pendeknya? Sangat memudahkan mereka yang mau terjun bebas menggapai kematiannya, melompat ke bawah. Mungkin tingginya tidak lebih dari 1.2 meter. Pertanyaannya, kenapa pembatasnya begitu rendah? Ternyata dari official site-nya Golden Gates Bridge ditemukan jawabab ini: Karena Joseph Strauss, pimpinan para insinyur kala itu, tinggi badannya rupa-rupanya hanya sekitar 1.60cm. Nah, ia justru menginginkan untuk dapat melihat sisi di sebelah pagar pembatas itu, dan akhirnya dengan serta-merta ia mengganti original plan pembuatan pembatasnya yaitu, yang seharusnya sekitar 2-3 meter.
Lalu adakah cara lain, selain membentuk kembali jembatan tersebut untuk mengurangi percobaan bunuh diri? Bagi mereka yang menaruh keprihatin terhadap masalah klasik bunuh diri, tentu punya alternative-alternative atau juga pendekatan-pendekatan lain dalam menghadapi kasus maraknya bunuh diri tersebut.
Artikel yang ditulis oleh Tad Friend ketika membuat sebuah tulisan tentang fenomena bunuh diri dari atas jembatan Golden Gate tersebut diakhiri dengan cerita ini :
Ada seorang dokter yang selama bertahun-tahun gagal membuat “penghalang” bagi mereka yang akan bunuh diri dari jembatan tersebut. Pada suatu ketika ia mengunjungi apartement seorang pemuda yang baru saja melompat bunuh diri dari atas jembatan Golden Gate itu. Dokter ini menemukan catatan kecil, yang berbunyi demikian : “Saya akan berjalan ke jembatan itu. Jika ada satu saja orang yang tersenyum padaku dalam perjalanan tersebut, saya tidak akan lompat dari atas jembatan itu”.
(Apakah dunia yang kita tinggali saat ini didiami orang-orang yang kurang senyum, kurang peduli, kurang berbagi? Sehingga depresi, stress dan frustasi menghantar banyak orang untuk bunuh diri? Aaaah, rasa-rasanya perlu penelitian lebih lanjut akan hal itu, walau tentu terlihat ada benarnya.)
Catatan kecil sekaligus pertanyaan: Bunuh diri itu adalah suatu hobi atau bukan yah?
Cheers…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar